Senin, 14 Desember 2009

“Soliloquy : Contemporary Sculpture Exhibition"

IDENTITAS PADA PATUNG


Material patung memang memberi kelebihan tersendiri dalam penampakan visualnya. Jika memperhatikan bentuk patung, penggunaan material sebagai dasar pembuatan patung cenderung menjadi identitas bentuk obyek. Kekuatan pembentukan obyek dari patung mempunyai dasar dari penggunaan materialnya. Ini dapat dilihat pada pameran patung di Galeri Nasional Indonesia, Jl Medan Merdeka Timur 14 Jakarta pada tanggal 5-14 Desember 2006. Para pematung yang berpameran adalah dua pematung Indonesia dan dua pematung China akan bertemu di ruang pamer utama. Masing-masing pematung memajang karya dengan ciri khas yang telah mereka miliki. Yani Mariani Sastranegara dan Dolorosa Sinaga, dua pematung perempuan Indonesia ini membuat karya dengan material logam.

Sedangkan pematung China, GuangCi dan XiangJing lebih banyak menggunakan fibre glass kedua pematung China ini menuangkan karya-karyanya dalam bentuk realis. Ukuran patung yang dikerjakannya cenderung kecil-kecil, seperti miniatur, kesan bentuk dari tubuh sebagai obyek sangat menonjol. Sedangkan pematung Indonesia, Yani Mariani, membuat karya-karya dengan obyek tubuh yang dinamis, menampakan tubuh dengan berbagai geraknya, cenderung membuat simbol-simbol, serta bagaimana menunjukan gerak tubuh dengan atraktif. Dolorosa Sinaga, memperlihatkan karya dengan tubuh figur-figur sebagai obyeknya, cenderung mengungkap detail dari lipatan-lipatan yang melingkupi obyeknya.

Obyek yang ditampilkan dalam pameran patung ini merupakan figur-figur yang terlihat sehari-hari, yakni tubuh. Dimana secara fungsional tubuh selalu menjadi pengamatan yang tidak lepas, baik oleh tatapan mata atau khayalan dalam pikiran. Tetapi melalui ekspresi para pematung tubuh ditangkap lain. Baik menjadi abstraksi gerak ataupun realitas nyata dari representasi tubuh. Sublimasi karya yang terangkai dalam pameran ini merupakan totalitas menyeluruh dari apa yang dinamakan “Soliloquy: Contemporary Sculpture Exhibition", sebagai judul pameran.

Identitas yang ditampilkan oleh masing-masing pematung adalah kekuatan khas yang mereka bawa. Baik melalui bahan yang mereka pergunakan atau bentuk-bentuk yang mereka bawakan. Eksplorasi terhadap tubuh dalam membentuk figur merupakan dimensi presentasi untuk menjembatani keseluruhan obyek. Walaupun bentuk dari tubuh menjadi berlainan tetapi inilah citraan terbaik yang dibawakan oleh para pematung.
Melalui pameran ini discourse tubuh dapat ditangkap secara nyata, bahwa berbagai bentukan yang diinginkan oleh pematung adalah realitas yang ada dalam kehidupan. Seperti karya Yani Maryani, berjudul Mengejar Angin, 105x78x39cm, Plat Tembaga. Merupakan ekspresi tubuh terhadap keinginan yang hendak dilakukan, lekuk-lekuk yang membentuk obyek menjadi tidak nyata, menjembatani tubuh sedang melakukan satu gerak. Abstraksi tubuh tetap sebagai sentral untuk menunjukan obyektivitas dalam mewujudkan dimensi gheist (roh) karya,dalam pameran ini.

Lain dengan Guangci dan Xiangjing, bentukan nyata dari figure yang diolah secara realis melalui bahan fiberglass masih mempunyai dialektika dengan kehidupan sosial. Pengaruh budaya sangat kental sekali dalam pemilahan obyek. Apa yang sebenarnya ada dalam kehidupan sehari-hari dimuat sebagai representasi obyek. Bahkan pemakaian warna dalam patung pun sangat membantu bagaimana perspektif karya memperlihatkan discourse yang subyektif. Bagaimana persepsi mereka terhadp kondisi social tercermin dalam karya.

Melalui warna-warna yang digunakan dalam patung. Realitas sosial direpresentasikan dalam figur-figur yang cenderung bernafaskan pop art. Tetapi tidak meninggalkan nilai artistic dalam obyeknya. Seperti detail yang masih diperhatikan. Bagian-bagian tubuh yang tidak terhindarkan dari pengamatan ditunjukan dengan rapi. Seperti patung Pigherder (57x62x56) Fiberglass,Bronze, karya Guangci. Gaya realis dalam menyajikan obyeknya cukup kental. Seorang penggembala babi dengan pakaian dan celana hijau direpresentasikan secara verbal. Tanpa membuat ornament-ornamen tertentu dalam lekuk tubuhnya. Nampak obyeknya seperti miniatur penggembala yang sesungguhnya dilihat dari ukuran patung tersebut. Citra kekinian yang disajikan dalam bentuk yang cukup mungil ini membuat potret sosial kehidupan menjadi jelas. Pendekatan obyek seperti memindahkan kenyataan sosial dalam patung.

Figure yang didamba oleh masing-masing pematung ternyata membentuk realitasnya sendiri dalam ruang kehidupan yang tidak jauh dari apa yang ditangkap oleh kenyataan. Patung-patung dalam pameran ini adalah representasi sosial yang menyibak wilayah abstraksi untuk dibuat replikanya, khususnya karya Guangci dan Xiangjing. Selain itu karya Xiangjing berjudul Xiang Jing-04-1088 Club (72x31x20) Fiberglass painted, memperlihatkan seorang perempuan dengan rokok dimulut yang berjalan seorang diri dengan pakaian yang serba gelap. Sedang menghidupkan korek api. Xiangjing nampak menangkap realitas dengan mempersepsikan individu dalam gerak langkahnya. Lekuk-lekuk kain dari pakaian yang digunakannya diperhatikan secara detail.

Pameran patung ini mengungkap kekuatan artistic yang dibangun oelh masing-masing seniman dalam berkarya. Bagaimana wilayah obyektif dalam kekaryaan terlihat jelas. Persepsi terhadap obyek memunculkan pemikiran dalam berkarya memuat representasi visual dalam budaya yang berbeda nampak kental. Penanda dalam budaya nampak jelas dalam memuat rangkaian kapasitas karya.