Selasa, 10 Maret 2009

Pameran Eko Nugroho,gallery Artnivora 2005

CITRA KOMIKAL

Komik memang seringkali membuat kita ceria, apalagi setelah kita membaca sebuah cerita komik yang didapat dari buku-buku komik yang tersebar ditoko buku. Komik yang mudah dimengerti melalui buku komik yang ada di toko buku adalah satu dimensi tersendiri dari visualisasi komik yang telah ada sejak sejarah komik dimulai di Indonesia. Apa yang ada dalam buku-buku tersebut mudah ditangkap oleh pembacanya, mudah dimengerti utnuk sekali melihat frame demi frame yang dibuat dalam cerita komik tersebut. Komik memang tidak sulit untuk dibuat atau dimengerti, tetapi komik juga membutuhkan satu pemahaman tertentu untuk dibuat satu identitas bagi pembuatnya sendiri. Citraan komik semacam ini tentu membutuhkan satu spesialisasi untuk dapat dipahami secara mendasar. Selain gambarnya juga tatanan hurufnya yang harus terwujud dalam satu pengertian. Bahwa komik adalah identitas juga bagi pembuatnya. Mungkin inilah yang dapat ditangkap dari dunia komik.

Citra komik memang menjadi identitas pembuatnya. Tampilan yang didapat dari hasil visualisasi yang tergambar dalam cerita komik adalah pengertian pembuat yang harus disampaikan dalam wujud ringkas yang bertema, atau satu penceritaan yang mengalir menjadi satu kisah yang dapat dinikmati oleh pembaca. Tetapi lain apa yang dikembangkan oleh Eko Nugroho, perupa asal Yogyakarta, yang menekuni komik ini. Komik-komik yang dikembangkannya adalah citraan visual yang membuat satu identitas visual komik. Karya-karya Eko Nugroho dapat dilihat pada pameran Sorry. I’m too late to celebrate yang berlangsung di gallery Artnivora, Jl Kemang Utara 50,Left Wing, Jakarta. Pameran akan berlangsung dari tanggal 20 Agustus sampai dengan 15 September 2005. Seluruh kapasitas ruang galeri dimanfaatkan oleh Eko Nugroho untuk membuat karya-karyanya tertampung dalam ruang,termasung atap ruang galeri yang digambar dengan satu citra-an visual komik figure setengah badan,dengan kepalanya tertutup topi dan matanya terlihat dua pasang. Pada karya ini Eko membuat tulisan ,”Berada diatas tidak selalu menyenangkan.” Tepat ditengah-tengah obyek gambarnya. Karya ini termasuk salah satu mural atau karya yang langsung dibuat dalam langit-langit galeri tanpa menggunakan material apapun kecuali cat hitam untuk membuat obyek yang terasa komikal tersebut.

Beberapa mural memang dibuat dalam galeri tersebut dengan ukuran yang besar-besar sesuai dengan kapasitas dinding yang dipergunakan untuk membuat karya. Setiap Mural yang dibuat selalu disertai graffiti atau tulisan yang menyertai karya tersebut. Misalnya dinding sebelah kiri ketika masuk galeri terdapat tulisan, “Tidak ada orang lain yang tak retak.” Mural pada dinding ini berukuran besar langsung dilukis dengan menggunakan warna hitam, sedangkan warna dinding putih langsung digunakan sebagai dasar untuk karya. Lain dengan dinding tengah galeri, terlihat tepat ketika pengunjung galeri hendak masuk, tulisan ,” Jangan malu-malu foundation.” Menyertai karya dengan wujud kepala yang besar, diatasnya terdapat cerobong asap bercabang-cabang sebagai tutup kepala tersebut. Citra komikal yang demikian kental dari karya Eko Nugroho kali ini diikuti oleh ikon-ikon yang melekat pada obyek karya,salah satunya adalah cerobong asap. Pada dinding sebelah kiri galeri cerobong asap ini digambar kecil-kecil terserak dimana-mana sedangkan pada karya yang lain ditempatkan diatas kepala dari obyek orang yang dilukiskan pada dinding langsung.

Pada dinding sebelah kiri galeri setelah pintu masuk mural digambar dengan ukuran penuh satu dinding, tulisan yang menyertainya adalah ,”Sudah sarapan foundation.” Merupakan mural terbesar dari karya mural yang lainnya,selain itu terdapat sambungan dengan kertas dari hingga menyentuh lantai galeri. Ikon cerobong asap digambarkan berserakan disetiap obyek gambar yang dilukiskannya pada dinding. Sedangkan diatas mural terdapat tiga karya dari kanvas dengan ukuran 30x40cm berjajar tiga. Masing-masing karya membawa citra komik tersendiri diluar mural tersebut. Beberapa karya lain dengan ukuran 40x30cm masing-masing berjudul Have A Nice Job dan Light Watch,akrilik on canvas, merupakan karya yang mencitrakan komik gaya khas Eko Nugroho.

Selain sebagai perupa yang menekuni komik Eko Nugroho juga “Presiden Kelompok Daging Tumbuh” kelompok komikus yang seringkali mengeluarkan kompilasi komik. Melalui penerbitan bersama Daging Tumbuh ini terlihat gaya khas komik Daging Tumbuh. Apa yang ada dalam komik tersebut adalah ciri khas dan pencitraan komikal yang menjadi corak komikal kelompok tersebut.Pada pameran ini Eko Nugroho juga menampilkan video art, salah satunya berjudul Bercerobong,2002. Pada video ini manusia yang ditampilkan adalah manusia yang kepalanya patah berganti dengan benda-benda lain,seperti pensil,pohon dan televise. Dua manusia saling berhadapan dengan kepala bergantian tersebut, saling meminta benda-benda, yang tertulis, antara satu dan lainnya. Benda-benda yang diminta tersebut keluar dari leher dan lepas lalu berganti dengan benda lainnya yang berganti-ganti, warna video ini dominan hitam putih. Video lainnya berjudul Let Me Love Me, 2004. Video ini lebih bercerita tentang alat mekanik yang digerakkan dengan roda bergerak ke kiri dan kanan membawa beban manusia yang digantung, kepala manusia yang berbentuk cerobong asap ini bergerak mengikuti roda mekanik dan mengeluarkan asap.

Karya-karya komikal ini membawa satu citra baru untuk imajinasi bentuk-bentuk gambar komik yang selama ini lebih dikenal realistic. Eko Nugroho membuat satu dimensi baru tentang pencitraan terhadap komik, dalam komik yang dibuatnya hanya terdapat symbol-simbol benda. Bukan realitas dari benda yang sesungguhnya. Eksplorasi yang imajinatif ini membuat satu pencitraan atas komik dengan gaya Daging Tumbuh, kelompok komik yang dipimpin oleh Eko Nugroho.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar